Jumat, 10 Juni 2011

Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Setiap kebutuhan menuntut pemenuhan. Ketika haus, kita minum. Ketika lapar, kita makan. Kita akan berusaha memenuhi semua kebutuhan kita. Namun, dalam memenuhi kebutuhan itu, kita harus memerhatikan kemampuan kita. Misalnya, jika lapar dan uang kita pas-pasan, kita harus dapat mengaturnya sehingga mendapat makanan yang bergizi. Di sisi lain, jika kita punya banyak uang, belum tentu apa yang kita butuhkan tersedia di pasaran. Misalnya, jumlah penduduk Indonesia sangat banyak. Sebagian besar menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Ingat bahwa minyak tanah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, pada suatu saat, minyak tanah akan habis. Walaupun kita punya uang untuk membeli, tapi di pasaran tidak ada minyak tanah. Kebutuhan kita akan minyak tanah tidak terpenuhi. Kita harus mencari alternatif bahan bakar lainnya. Oleh sebab itu, kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan.
Setiap kebutuhan menuntut pemenuhan. Ketika haus, kita minum. Ketika lapar, kita makan. Kita akan berusaha memenuhi semua kebutuhan kita. Namun, dalam memenuhi kebutuhan itu, kita harus memerhatikan kemampuan kita. Misalnya, jika lapar dan uang kita pas-pasan, kita harus dapat mengaturnya sehingga mendapat makanan yang bergizi. Di sisi lain, jika kita punya banyak uang, belum tentu apa yang kita butuhkan tersedia di pasaran. Misalnya, jumlah penduduk Indonesia sangat banyak. Sebagian besar menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Ingat bahwa minyak tanah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, pada suatu saat, minyak tanah akan habis. Walaupun kita punya uang untuk membeli, tapi di pasaran tidak ada minyak tanah. Kebutuhan kita akan minyak tanah tidak terpenuhi. Kita harus mencari alternatif bahan bakar lainnya. Oleh sebab itu, kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan.
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukkan kedudukan manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus). Sebagai makhluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dengan memerhatikan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara selektif, serta memerhatikan kelestarian lingkungan.
1. Tindakan Ekonomi dalam Kegiatan Sehari-hari
Setiap kegiatan yang dilakukan, perorangan atau kelompok, masing-masing memiliki alasan atau motif tertentu dengan prinsip tertentu pula. Misalnya, temanmu Rixa diberi uang oleh orang tuanya. Digunakan untuk apa saja uang itu? Banyak pilihan penggunaan atau pengalokasian uang itu. Rixa dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhannya. Rixa mungkin akan menggunakan uang itu untuk ongkos naik angkot ke sekolah, jajan, beli alat tulis, menabung, dan lainnya. Ketika Rixa memutuskan untuk menggunakan uangnya untuk membeli buku tulis, misalnya, tentunya dia mempunyai alasan tertentu. Misalnya, daripada jajan, lebih baik beli buku tulis karena buku tulisnya habis. Rixa memutuskan untuk membeli buku karena dia membutuhkan buku tulis. Keputusannya untuk membeli buku ini adalah tindakan ekonomi.

Penggunaan sumber daya secara optimal untuk memenuhi kebutuhan manusia merupakan tindakan ekonomi. Ketika Rixa membeli buku tulis, dia adalah konsumen. Nah, tindakan ekonomi dapat ditemui dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Artinya, dalam memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Misalnya, sebagai karyawan, tukang sayur, pengemudi bus, sekretaris, manajer, dan lain-lain.
2. Motif Ekonomi

Mengapa kamu makan? Kamu makan karena kamu lapar. Karena lapar, kamu membutuhkan makanan. Kamu memutuskan untuk makan agar rasa laparmu terpuaskan. Dalam hal ini, lapar merupakan motif atau alasan atau dorongan mengapa kamu makan. Demikian juga dengan motif ekonomi. Dalam contoh di atas, Rixa memutuskan untuk menggunakan uangnya untuk membeli buku tulis karena buku tulisnya habis. Buku tulis habis merupakan motif mengapa dia harus membeli buku tulis baru.

Biasanya seseorang atau kelompok memiliki alasan atau keinginan atau dorongan tertentu dalam setiap keputusan penggunaan sumber daya. Alasan atau dorongan atau keinginan seseorang atau kelompok dalam penggunaan sumber daya ini merupakan motif ekonomi. Banyak alasan atau motif yang mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan pengalokasian sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan, untuk sebuah kegiatan ekonomi yang sama, motif ekonomi seseorang dapat berbeda dengan motif orang lainnya. Misalnya, Rixa dan temannya pergi ke toko buku. Mereka sama-sama membeli buku tulis. Rixa membeli buku tulis karena buku tulisnya habis. Temannya membeli buku tulis untuk diberikan kepada adiknya. Berbeda motifnya, bukan?

Dari contoh di atas juga dapat kita lihat bahwa ada dua sumber motif, yaitu motif dari dalam dan motif dari luar diri manusia. Motif yang dimiliki Rixa adalah motif dari dalam dirinya, dia mau beli buku karena bukunya habis. Ini dikenal sebagai motif intrinsik. Berbeda dengan temannya yang membeli buku untuk diberikan kepada adiknya. Ada faktor dari luar yang mendorong teman Rixa membeli buku tulis, yaitu kebutuhan adiknya. Ini disebut motif ekstrinsik. Jadi, apa saja motif ekonomi itu? Berbagai motif manusia melakukan tindakan ekonomi dapat dibedakan menjadi motif memperoleh keuntungan (laba), motif memperoleh penghargaan dari masyarakat, motif membantu sesama manusia, motif memperoleh kedudukan, dan motif menjamin masa depan.

a. Motif Memperoleh Keuntungan
b. Motif Memenuhi Kebutuhan Sendiri
c. Motif Memperoleh Penghargaan Masyarakat
d. Motif Membantu Sesama Manusia
e. Motif Memperoleh Kedudukan
f. Motif Menjamin Masa Depan

Manusia pasti memiliki motif untuk melakukan setiap kegiatannya. Setiap kegiatan itu dapat bermotif ekonomi, nonekonomi, atau bahkan kedua-duanya. Dalam kegiatan yang bermotif keduanya, di satu sisi pelaku ekonomi itu ingin keuntungan, di sisi lain dia juga punya motif nonekonomi. Misalnya, membantu orang tua di rumah. Di satu sisi, membantu orang tua adalah kewajiban setiap anak. Ini adalah motif nonekonomi. Di sisi lain, dengan membantu orang tua, si anak ingin memperoleh uang jajan.

3. Prinsip Ekonomi

Misalnya kamu diberikan uang secukupnya oleh orang tuamu untuk satu minggu sekaligus. Uang itu untuk ongkos, jajan, beli alat tulis, menabung, dan lain-lain. Kamu akan berusaha menggunakan uang itu dengan efisien sehingga cukup untuk satu minggu. Jika tidak demikian, uangmu dapat saja habis di hari ke-4. Pada hari ke-5 dan 6, kamu sudah tidak punya uang. Jika kamu berhasil menggunakan uang itu selama seminggu untuk memenuhi semua kebutuhanmu bahkan masih ada sisa untuk ditabung, kamu telah menerapkan prinsip ekonomi. Dengan uang yang sedikit, kamu mendapatkan banyak hal. Di samping memiliki motif ekonomi, pemilihan, penggunaan, atau pengalokasian sumber daya dalam memenuhi kebutuhan manusia juga memiliki prinsip ekonomi.
Lalu, apa prinsip ekonomi itu?
Prinsip ekonomi adalah usaha atau pertimbangan yang disertai pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mencapai hasil tertentu. Atau sebaliknya, usaha atau pertimbangan yang disertai pengorbanan tertentu untuk mencapai hasil yang sebesarbesarnya. Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam prinsip ekonomi ialah diketahuinya nilai pengorbanan yang diberikan dan hasil yang akan dicapai. Prinsip ekonomi ini menjadi landasan bertindak dalam mengambil keputusan penggunaan atau pengalokasian sumber daya agar dicapai hasil yang optimal. Intinya penggunaan atau pengalokasian sumber daya itu harus efisien. Dengan kata lain, efiensi itu pada dasarnya merupakan inti dari prinsip ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar